Memiliki mental kuat menjadi bekal penting bagi pembentukan karakter anak di masa depan. Nah, bagaimana cara mendidik anak agar punya mental yang kuat?
Dikutip dari Healthy Children,
tak hanya orang dewasa tapi anak-anak juga menghadapi banyak tekanan yang
menantang bagi untuk kesehatan mentalnya. Faktanya, orang tua dapat membantu
anak membangun ketahanan dan menguatkan mentalnya.
Pengalaman positif dan hubungan
kekeluargaan yang aman membantu anak mengembangkan keterampilan yang mereka
butuhkan untuk mengelola emosi, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan
mengembangkan hubungan sosial dengan orang lain.
Proses pembentukan keterampilan
sangat penting bagi perkembangan mental dan emosional yang sehat.
Cara mendidik agar mental anak kuat
Anak-anak yang berpikiran kuat
lebih siap menghadapi tantangan dunia. Untuk mengajari anak-anak cara menjadi
kuat secara mental, carilah kesempatan untuk mengajarkan pemecahan masalah,
mendorong pembicaraan diri yang positif, dan tumbuhkan kemandiriannya.
Dikutip
dari Parents, dalam
hal pembentukan kekuatan mental anak, dibutuhkan komitmen dan konsistensi.
Dengan komunikasi yang baik, orang tua turut menanamkan pentingnya kesehatan
mental yang kuat pada anak-anak. Berikut beberapa cara mendidik anak agar punya
mental kuat seperti dikutip berbagai sumber:
1. Bantu anak mengenali perasaan
Membantu anak-anak untuk
mengenali perasaan mereka sejak dini adalah salah satu langkah awal yang
penting dalam membangun mental yang kuat.
Jika anak sudah mampu
mengidentifikasi emosi, baik berupa perasaan bahagia, kecewa, atau marah, Bunda
sudah mengajarkan bahwa semua perasaan adalah valid.
Hal ini bisa dilakukan dengan
menerapkan kegiatan sederhana seperti berbagi cerita tentang hari mereka jelang
tidur, serta menciptakan suasana yang nyaman saat anak ingin bercerita.
Selain melatih anak mengenali
emosi, hal ini juga menguatkan ikatan orang tua dan anak, serta membantu
anak-anak belajar mengatasi rasa kecewa.
2. Mengajarkan anak
keterampilan mencari solusi
Saat anak menghadapi masalah,
biasanya orang tua cenderung ingin terjun langsung menyelesaikannya. Padahal
akan jauh lebih baik jika orang tua membimbing anak untuk mencari solusi mereka
sendiri.
Dengan mengajukan pertanyaan
terbuka seperti, 'Apa yang bisa kamu lakukan sekarang?' atau 'Bagaimana kamu
mengatasi masalah ini sebelumnya?", anak dilatih untuk berpikir kritis.
Efeknya hal ini dapat
mengembangkan rasa percaya diri dan kompetensi, serta membantu anak belajar
mengatasi kesulitan secara mandiri.
"Kemampuan ini sangat
penting terutama untuk anak-anak yang sedang membentuk kemampuan pemecahan
masalah," ungkap penulis The Crucial Years: The
Essential Guide to Mental Health and Modern Puberty in Middle Childhood,
Dr. Sheryl Ziegler, dikutip dari CNBC.
3. Memberikan pujian
atas proses, bukan hanya hasil
Penting untuk memuji usaha anak
dalam menghadapi tantangan, bukan hanya hasil akhir yang dicapainya. Misalnya,
jika orang tua berkata, 'Bunda melihat betapa kerasnya usaha kamu menyelesaikan
tugas ini', anak akan lebih fokus pada proses dan usaha, bukan hanya pada
pencapaian semata.
Dengan begitu, anak belajar bahwa
setiap tantangan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang. Mereka jadi
bersiap menghadapi kesulitan dengan semangat dan ketekunan, bukan dari rasa
takut gagal.
4. Menetapkan
rutinitas dan batasan yang jelas
Rutinitas
yang konsisten dan batasan yang jelas memberikan rasa aman bagi anak. Dengan
memiliki jadwal yang teratur, seperti waktu tidur yang konsisten atau aturan
bermain yang jelas, anak merasa lebih tenang.
Adanya jadwal rutin yang jelas
juga membantu anak untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, sehingga
dapat menghadapinya dengan lebih mudah.
5. Membiasakan
kemandirian dan tanggung jawab
Pastikan anak terbiasa mandiri
dan punya tanggung jawab sesuai dengan usianya. Termasuk seperti belahar
membantu menyiapkan makan siang atau merapikan kamar sendiri.
Ini dapat membantu anak merasa
lebih percaya diri dan memiliki rasa tanggung jawab. Adanya penugasan seperti
ini juga memberikan anak pemahaman yang lebih realistis tentang bagaimana
fungsi tugas keluarga.
Penelitian menunjukkan bahwa
anak-anak yang terlibat dalam pekerjaan rumah cenderung memiliki keterampilan
manajemen waktu yang lebih baik, rasa percaya diri yang tinggi, serta hubungan
sosial yang lebih baik.
6. Menerima kegagalan
sebagai proses belajar
Pastikan anak belajar juga bahwa
kegagalan bukan akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses belajar.
Pemahaman tentang hal ini sangat penting dalam membentuk mental yang
kuat.
Sediakan waktu untuk berbagi
cerita tentang pengalaman kegagalan orang tua dan pelajaran apa saja yang dapat
dipetik. Dengan begitu, anak jadi lebih berani untuk mencoba hal-hal baru dan
menghadapi kegagalan dengan positif.
Anak juga belajar bahwa kegagalan
adalah batu loncatan untuk sukses yang lebih besar, bukan sebuah alasan untuk
menyerah.
7. Tunjukkan cara
menghadapi rasa takut
Menurut sebuah penelitian tahun
2016 dalam Journal of Pediatric Health
Care, jika orang tua mendorong anak untuk menghindari hal-hal yang
ditakuti, kemungkinan besar akan lebih sulit bagi mereka untuk mengembangkan
kemampuan menoleransi perasaan tidak nyaman.
Misalnya jika anak takut gelap
atau takut bertemu orang baru, bantu mereka menghadapi rasa takutnya selangkah
demi selangkah.
Berikan semangat dan rayakan
keberanian mereka dapat membantu anak-anak menyadari bahwa mereka mampu
melakukan hal-hal sulit.
Sumber : haibunda.com
0 Komentar